1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kenapa Hutan Penting bagi Kelangsungan Hidup di Bumi?

Alistair Walsh
5 April 2024

Setiap hari, dunia kehilangan hutan yang diperlukan untuk menstabilkan iklim Bumi. Kenapa penghijauan kembali dan konservasi hutan dianggap sebagai fondasi bagi penanggulangan krisis iklim berkelanjutan?

https://p.dw.com/p/4eSkW
Hutan eukaliptus di Brasil
Hutan eukaliptus di Para, BrasilFoto: picture alliance / ASSOCIATED PRESS

Lebih dari separuh lahan layak huni di muka bumi pernah diselimuti hutan lebat. Tapi selama 10.000 tahun kiprah manusia menebangi hutan, penggundulan baru meningkat drastis dalam satu abad terakhir.

Luas hutan yang ditebang sejak tahun 1900 saat ini telah mencapai area seluas Amerika Serikat, atau lima kali lipat luas daratan Indonesia. Jumlah tersebut sama dengan luas hutan yang hilang dalam 9.000 tahun sebelumnya, menurut platform statistik Our World in Data.

Pada tahun 2023, dunia kehilangan tutupan hutan tropis seluas Singapura setiap minggu, menurut data terbaru Global Forest Watch yang diterbitkan oleh organisasi penelitian World Resources Institute (WRI). Totalnya mencapai 3,7 juta hektare sepanjang tahun. Namun begitu, data menunjukkan betapa kerusakan hutan sudah sedikit menurun dibandingkan tahun 2022.

Seringkali, hutan ditebang untuk membuka lahan pertanian, terutama untuk pakan ternak, kedelai, kelapa sawit atau untuk kayu. Kerusakan juga tercatat ketika perubahan iklim semakin melazimkan kebakaran hutan, termasuk di belahan Bumi utara. Kebakaran yang memecahkan rekor di Kanada menyebabkan lonjakan jumlah kerusakan sebesar lima kali lipat pada tahun lalu.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Penyusutan hutan perlahan merusak ruang hidup dan dataran layak huni bagi manusia. Tapi meski telah berkomitmen menghentikan deforestasi pada 2030, sebagian besar negara hingga kini masih belum dalam posisi untuk mewujudkan janji tersebut.

"Dunia mengambil dua langkah maju dan dua langkah mundur ketika menyangkut angka deforestasi tahun lalu," kata Mikaela Weisse, Direktur Global Forest Watch di WRI, dalam sebuah pernyataan pers.

Negara-negara kaya hutan seperti Kolombia dan Brasil telah berhasil mengurangi laju kerusakan hutan secara signifikan. Tapi pencapaian tersebut nyaris dinihilkan oleh bertambahnya luas hutan gundul di Bolivia, Laos, dan Nikaragua.

Kenapa hutan bernilai penting?

Hutan yang sehat menjamin kelangsungan hidup manusia dengan menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen.

Hutan juga mengisi ulang cadangan air bersih dan bertindak sebagai penyaring alami. Sistem akarnya menyerap kelebihan nutrisi dan polutan dari limpasan air hujan sebelum memasuki akuifer, sehingga menjaga air tetap aman untuk dikonsumsi.

Akar pohon dan tanaman mencegah longsor karena memperkuat struktur tanah. Ketika daun dan dahan mememperlambat jatuhnya air hujan, akar membantu menyerap air dengan lebih cepat. Di pesisir pantai, hutan bakau berlaku laksana benteng alam untuk menahan gelombang laut.

Keasrian hutan juga bernilai esensial bagi produksi pangan, baik sebagai wadah pertumbuhan buah-buahan dan hewan, maupun suaka alam bagi satwa penyerbuk.

Hutan secara langsung menopang kehidupan 1,6 miliar manusia di Bumi, dengan menyediakan kayu, bahan bakar, makanan, pekerjaan, dan tempat tinggal bagi sekitar 300 juta manusia di seluruh dunia. 

Lebih dari 80 persen keanekaragaman hayati di darat, termasuk 80 persen spesies amfibi, dan 75 persen burung bergantung hidup di hutan. Hutan tropis di belahan Bumi selatan menampung lebih dari separuh spesies vertebrata di dunia.

Renaturalisasi untuk Memastikan Lahan Gambut Tetap Basah

Ketika hutan tropis ditebang atau terbakar, sebanyak 100 spesies mengalami kepunahan setiap harinya, menurut lembaga konservasi internasional World Wide Fund for Nature, WWF. Padahal, keanekaragaman hayati sangat penting bagi kelangsungan hidup umat manusia.

Bagaimana dengan perubahan iklim?

Hutan berperan penting dalam memperlambat perubahan iklim. Pemodelan yang dilakukan oleh Panel Antarpemerintah PBB untuk Perubahan Iklim, IPCC, menunjukkan bahwa pemulihan dan konservasi hutan merupakan pondasi dasar untuk mencegah pemanasan global melampaui 2 derajat Celsius.

Batasan tersebut disepakati oleh para pemimpin dunia di Paris pada tahun 2015 untuk menghentikan dampak terburuk dari krisis iklim.

Hutan merupakan penyerap karbon terbesar di dunia selain laut dan tanah. Hutan menyimpan sejumlah besar gas rumah kaca hasil pembakaran energi fosil. Tapi penebangan hutan melepaskan kembali emisi CO2 ke atmosfer yang akhirnya mempercepat perubahan iklim.

Jika deforestasi bisa dihentikan dan kawasan hutan yang rusak kembali dipulihkan, maka manusia bisa berhemat sebanyak 5 gigaton karbon dioksida per tahun, sama dengan nilai total emisi yang diproduksi di Amerika Serikat.

Hutan membantu mengendalikan cuaca dengan membantu terbentuknya awan yang ikut memantulkan sinar matahari kembali ke luar angkasa. Fungsinya juga tidak terbantahkan sebagai penyejuk alami, dengan melepaskan kelembapan ke udara melalui penguapan. Bahkan tinggi kanopi pohon memainkan peranan kompleks dalam pergerakan angin dan sistem cuaca.

Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa hutan mengurangi suhu udara di timur Amerika Serikat sebesar 1 C hingga 2 C setiap tahunnya.

Bagaimana melindungi hutan?

Pada tahun 2023, Brasil berhasil mencegah kerusakan hutan primer sebesar 36 persen, ketika di Kolombia laju deforestasi menurun sebesar 49 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Kemajuan Kolombia dalam konservasi hutan dimungkinkan oleh kesepakatan damai di dalam negeri, di mana negosiasi dengan berbagai kelompok bersenjata secara eksplisit memprioritaskan konservasi hutan.

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva berjanji menghentikan deforestasi ilegal melalui penegakan hukum, pencabutan kebijakan yang merusak lingkungan dan pengakuan wilayah adat. Kebijakannya itu bertentangan dengan pendahulunya, Jair Bolsonaro, yang mendorong industrialisasi wilayah hutan demi pertumbuhan ekonomi.

"Negara-negara lain dapat mengurangi laju kehilangan hutan jika mereka mempunyai kemauan politik untuk melakukannya. Namun kita juga tahu bahwa kemajuan dapat dibatalkan jika arah politik berubah,” kata Rod Taylor, Direktur Kehutanan Global WRI, dalam sebuah konferensi pers.

El Nino 2023: Bagaimana Redam Musim Api di Era Krisis Iklim?

Untuk menjamin kelangsungan program reboisasi dan kehutanan, Taylor mengimbau, "perekonomian global agar meningkatkan nilai hutan alami dibandingkan dengan keuntungan jangka pendek yang didapat dari pembukaan hutan untuk misalnya pertanian, pertambangan atau infrastruktur.”

Konservasi melalui insiatif global

Cara lain melindungi hutan adalah inisiatif global yang memberi nilai ekonomi pada hutan berdasarkan jumlah emisi karbon yang dapat disimpan. Ada juga upaya baru untuk membayar langsung penduduk dan pemilik tanah yang membantu melestarikan kawasan hutan.

Regulasi bisa membantu mengatasi deforestasi dengan fokus membenahi pelanggaran di sepanjang rantai suplai industri. Peraturan Deforestasi Uni Eropa yang baru, misalnya, akan mendorong perusahaan untuk memastikan impor sapi, kakao, kopi, minyak sawit, karet, kedelai dan kayu tidak berasal dari lahan yang baru saja digunduli.

Memberdayakan masyarakat asli dengan mengakui hutan adat juga mencegah deforestasi. Menurut Bank Dunia, sekitar 36 persen hutan alami yang tersisa di dunia berada di bawah naungan masyarakat adat, dan mereka terbukti mahir melestarikan keanekaragaman hayati.

Pemulihan hutan yang rusak adalah bagian integral dalam Perjanjian Iklim Paris. Sebabnya kini, mulai banyak negara melakukan penanaman kembali.

"Mekanisme global yang berani dan inisiatif lokal yang unik diperlukan untuk mencapai pengurangan deforestasi yang berkelanjutan di seluruh negara tropis,” kata pakar kehutanan Taylor. (rzn/hp)