1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiPakistan

Gas dalam Kantong Plastik di Pakistan Bahayakan Nyawa

Jamila Achakzai
31 Desember 2022

Orang-orang di Pakistan semakin banyak menggunakan kantong plastik untuk menyimpan gas. Kebiasaan yang sangat berbahaya yang bisa menimbulkan risiko bagi nyawa dan harta benda.

https://p.dw.com/p/4LZXq
Kantong plastik berisi gas
Kantong plastik berisi gas yang ada di salah satu rumah warga di PeshawarFoto: Jamila Achakzai/DW

Masooma Bibi, seorang ibu rumah tangga paruh baya, tinggal di lingkungan miskin di Distrik Charsadda di Khyber Pakhtunkhwa, barat laut Pakistan. Hingga dua tahun lalu, dia biasa memasak dengan kayu bakar, yang mengeluarkan gas berbahaya dan partikulat dalam kadar tidak sehat, yang berdampak buruk pada saluran pernapasannya.

Namun, sekarang dia mengandalkan gas yang disimpan dalam kantong plastik besar. Kantong-kantong, dengan nosel dan katup yang dipasang rapat, diisi dengan gas alam di toko-toko yang punya akses ke jaringan pipa gas negara. Kemasan gas tersebut kemudian dijual kepada masyarakat, yang menggunakan gasnya dengan bantuan pompa hisap listrik kecil.

Kompresor diperlukan untuk mengisi kantong plastik dan mengalirkan gas dari kantong ke dapur. Kantong plastik semacam itu, menurut seorang pengguna, bisa diisi dalam satu jam. Penggunaan kantong plastik untuk penyimpanan gas yang meningkat di Pakistan, sangat berbahaya dan berisiko tinggi terhadap kehidupan dan harta benda.

"Ada peringatan tentang kantong plastik ini yang bisa menyebabkan ledakan gas, tetapi, pertama, saya belum pernah mendengar tentang kecelakaan seperti itu, dan kedua, meskipun ketakutan ini benar, kami (orang miskin) tidak punya pilihan lain karena mahalnya tabung gas," ujar Bibi.

Kekurangan pasokan gas

Gas alam adalah salah satu sumber bahan bakar termurah di Pakistan dan banyak digunakan untuk memasak dan memanaskan makanan. Namun, cadangan gas yang menurun telah memaksa pihak berwenang untuk memangkas pasokan ke rumah warga, stasiun pengisian bahan bakar, dan unit industri.

Kelangkaan gas dan mahalnya produk minyak juga memicu inflasi dan aksi demonstrasi. Yang menambah masalah adalah tingginya harga tabung yang digunakan untuk menyimpan dan mengangkut gas.

Salah seorang pedagang, Najeebullah Khan, mengatakan tabung gas yang terbuat dari baja karbon atau paduan baja, harganya sekitar 10.000 rupee Pakistan (Rp684 ribu), yang membuatnya tidak terjangkau bagi banyak rumah tangga, toko, dan bisnis lainnya.

"Kantong yang dapat digunakan kembali ini masing-masing dijual seharga 500-900 rupee (Rp34.000 hingga 61.000), tergantung ukurannya, sementara harga kompresor berkisar antara 1.500-2.000 rupee (Rp102 ribu hingga 136 ribu), tergantung ukurannya. Orang-orang menggunakannya baik di pedesaan maupun perkotaan," kata Khan.

Bahayanya kantong plastik berisi gas

Namun, pihak berwenang belum lama ini menindak penggunaan kantong plastik untuk menyimpan gas. Utilitas publik telah melarang praktik tersebut dan menyatakannya sebagai ancaman keamanan.

Dr. Quratulain, seorang petugas medis yang berbasis di Islamabad di Pusat Perawatan Luka Bakar Institut Ilmu Kedokteran Pakistan, mengatakan fasilitasnya menerima sekitar delapan pasien setiap hari dari kecelakaan terkait ledakan gas dan satu atau dua dari mereka terluka parah.

"Sebagian besar perempuan terluka akibat ledakan kompor, sedangkan ledakan kebocoran gas di dalam ruangan karena terkena korek api atau percikan listrik juga menyebabkan luka bakar pada orang,” ujarnya.

Otoritas di Peshawar juga menangkap 16 pemilik toko pada bulan ini karena menjual kantong gas semacam itu.

Kantong plastik berisi gas alam diletakkan di bawah gudang di sebuah rumah di Peshawar
Kantong-kantong, dengan nosel dan katup terpasang erat, diisi dengan gas alamFoto: Jamila Achakzai/DW

Murah jadi alasan?

Bisnis tersebut dilakukan secara diam-diam. Pemilik toko tidak lagi menjual kantong itu secara terbuka, karena takut akan kena denda dan penangkapan. Sebaliknya, mereka hanya melayani permintaan pelanggan yang mereka yakini tidak akan melaporkannya ke polisi.

Yawar Abbas, seorang pejabat senior di utilitas sektor publik Sui Northern Gas Pipelines Limited (SNGPL) di Khyber Pakhtunkhwa, mengatakan kemiskinan dan inflasi yang tinggi adalah penyebab utama masalah ini.

Najma Mubeen, warga Peshawar, memiliki pandangan yang sama. Dia menyebut penutupan toko, penangkapan, dan denda sebagai "tindakan yang dipoles".

"Keterjangkauan adalah akar penyebab masalah, dan tabung gas berharga lebih murah menjadi satu-satunya jawaban efektif untuk masalah itu," pungkasnya.

(ha/)