1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikRusia

Temui Putin, Kim Jong Un Bahas Kerja Sama Antariksa

13 September 2023

Pimpinan Korut Kim Jong Un temui Presiden Rusia Vladimir Putin di pusat antariksa Rusia, usai gagalnya peluncuran satelit Korut baru-baru ini. Pertemuan tersebut adalah yang pertama bagi Kim sejak pandemi Covid-19.

https://p.dw.com/p/4WHAB
Kim Jong Un dan Vladimir Putin
Presiden Rusia, Vladimir Putin (2 dr ka.) bersama Kim Jong Un (ki.)Foto: Sputnik/Artem Geodakyan/REUTERS

Kedatangan diktatur Korea Utara, Kim Jong Un,disambut Presiden Vladimir Putin di pusat antariksa Kosmodrom Vostochny di Timur Jauh Rusia, Rabu (13/9). Dia datang dengan menggunakan limosin pribadi usai menumpangi kereta kenegaraan dari Pyongyang, lapor kantor berita KCNA.

Putin mengaku "sangat senang” bisa berjumpa dengan Kim di "saat yang istimewa ini,” ujarnya merujuk pada peringatan 75 tahun pendirian Korea Utara. 

Sebelum berdialog, keduanya mengawali pertemuan dengan menginspeksi fasilitas peluncuran roket Soyuz-2. 

Lokasi yang dipilih menyimbolkan kerja sama antariksa antara kedua negara. "Itulah sebabnya kami datang ke sini,” kata Putin, ketika ditanya apakah Rusia akan membantu Korut membangun satelit. 

"Pemimpin DPRK menunjukkan ketertarikan yang besar pada teknologi roket, mereka juga sedang berusaha mengembangkan program antariksanya,” imbuh penguasa Kremlin itu.

Kim mengatakan kepada Putin bahwa Korut akan "bersama” dengan Rusia dalam "perang melawan imperialisme,” tuturnya ihwal invasi di Ukraina dan respons Barat. 

"Rusia sudah menunaikan perang suci untuk melindungi kedaulatan dan keamanannya, melawan kekuatan hegemoni. Kami akan selalu mendukung keputusan Presiden Putin dan kepemimpinan Rusia, dan bersama kita akan melawan imperialisme,” kata Kim melalui penerjemah.

Kim Jong Un in Russia for talks with Putin

Isyarat dalam dua rudal balistik 

Pada saat yang hampir bersamaan, Korea Selatan melaporkan adanya peluncuran dua peluru kendali balistik jarak dekat oleh Korut. Kedua rudal ditembakkan dari area Sunan ke arah Laut Jepang pada tengah hari waktu setempat.

"Militer kami telah meningkatkan kapasitas pengawasan dan kewaspadaan, bersiap menghadapi peluncuran lanjutan dan secara dekat berkolaborasi dengan Amerika Serikat,” kata Kepala Staf Gabungan Militer Korsel dalam keterangan persnya.

Pasukan penjaga perbatasan Jepang juga membenarkan peluncuran kedua rudal oleh Korut. Dikatakan, keduanya jatuh di luar Zona Ekonomi Ekslusif Jepang.

Peluncuran tersebut merupakan insiden teranyar dari serangkaian uji coba senjata dan rudal sepanjang tahun ini oleh rejim di Pyongyang. Pada 24 Agustus lalu, Korut berusaha meluncurkan satelit mata-mata untuk kedua kalinya, namun kemudian meledak di udara.

Bantuan Rusia untuk satelit mata-mata Korut?

Di Rusia, Kim ditemani sederet petinggi militer dan diagendakan membahas kerja sama pertahanan dengan Putin. Anggota penting delegasi Kim  antaranya adalah Pak Thae Song, kepala komite teknologi dan ilmu antariksa Korea Utara.

Sudah sejak lama Kim berambisi memiliki satelit mata-mata di luar angkasa. Teknologi tersebut akan memungkinkan Pyongyang mendeteksi serangan lebih dini atau memperkuat tingkat akurasi peluru kendali.

Setelah kegagalan peluncuran satelit Agustus silam, badan antariksa Korea Utara mengatakan akan segera menyiapkan percobaan ketiga. Belum jelas, sejauh apa kemajuan teknologi yang sudah dikembangkan Korut.

"Di sini, kami melihat dengan mata kepala sendiri Rusia di masa ini dan masa depan dalam membangun kekuatan antariksa,” kata Kim kepada Putin. "Dan kita menyelenggarakan pertemuan dengan Anda di waktu yang istimewa, tepat di jantung kekuatan antariksa Rusia.”

rzn/as (rtr,ap)